Berfikir Induktif

Berpikir Induktif

Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum



Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. (www.id.wikipedia.com)
Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.

Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis.

Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.
Maka dapat disimpulkan bahwa penalaran deduktif dan penalaanr induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan yang benar.

GENERALISASI

    Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagaian dari gejala serupa. Dari sejumlah fakta atau gejala khusus yang diamati ditarik kesimpulan umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati itu. Proses penarikan kesimpulan yang dilakukan dengan cara itu disebut dengan generalisasi. Jadi, generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian gejala yang diamati. Karena itu suatu generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau yang menonjol, bukan rincian. Di dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang atau dibuktikan dengan fakta-fakta, contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus sebagai penjelasan lebih lanjut.


Macam-macam generalisasi :

Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
Generalisasi tidak sempurna
Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
  1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
  2. Sampel harus bervariasi.
  3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.

HIPOTESIS DAN TEORI

hipotesis, yaitu suatu gagasan mengenai kaitan-kaitan suatu runtutan kejadian, atau hubungan sebab akibat. Kemampuan setiap ilmuwan amatlah berbeda-beda dalam melihat dan menjelaskan kaitan-kaitan ini, dan di sinilah letak keunggulan seorang ilmuwan jenius.

Peranan suatu hipotesis adalah menembus melalui data-data yang ada dan menempatkannya di dalam konteks baru yang lebih luas, sehingga dengan apa yang kita ketahui dapat menjelaskan hal yang tidak kita ketahui. Antara hipotesis dan teori sebenarnya tidak ada batasan yang jelas, tetapi pada umumnya suatu teori memberi kesan lebih banyak mengandung suatu kepastian dibanding suatu hipotesis. Teori adalah suatu gagasan mendasar yang mencoba menjelaskan fenomena yang diamati dan kaitan-kaitannya agar pengamatan dan hipotesis dibidang yang berlainan dapat disusun dalam suatu tatanan. Contohnya, teori evolusi merupakan suatu gagasan dasar di mana padanya terkumpul sejumlah pengamatan dan hipotesis dari bidang-bidang paleontologi, anatomi, fisiologi, biokimia,genetika, dan ilmu-ilmu lainnya.

Sebuah teori yang baik akan mengkorelasikan sejumlah fakta yang sebelumnya terpisah, menjadi suatu kesatuan yang masuk akan dan mudah dimengerti. Teori yang disusun berdasarkan fakta-fakta secara tepat akan menggambarkan kaitan-kaitan baru  antara fakta-fakta yang berdiri sendiri dan menyarankan percobaan dan pengamatan lanjutan yang dapat dilakukan untuk menguji kaitan-kaitan ini. Suatu teori yang baik harus sederhana dan tidak memerlukan bab-bab khusus untuk menjelaskan tiap fakta, harus lugas, dapat berkembang dan mengalami modifikasi sesuai dengan data baru yang didapatkan. Suatu teori tidak dapat ditinggalkan karena adanya suatu fakta tertentu yang bertentangan dengan teori itu, tetapi hal itu terjadi hanya karena suatu teori lain dapat menjelaskan lebih baik tentang fakta-fakta itu.

Sementara suatu hipotesis arus dapat diuji dengan suatu percobaan, artinya harus dapat membuat suatu ramalan yang dapat diuji dengan suatu cara. Kalau bukan demikian, artinya itu hanyalah sebuah spekulasi semata. Sebaliknya, bila dari suatu teori tidak dapat memunculkan suatu ramalan, maka teori tersebut berarti tidak lebih dari sebuah tebakan belaka.

Hasil berlainan dengan apa yang diramalkan oleh suatu hipotesis mendorong ilmuwan, setelah ia yakin akan kebenaran penemuannya, untuk membuang hipotesis itu atau mengubahnya agar sesuai dengan data lama dan data baru. Hipotesis-hipotesis selamanya mengalami perubahan dan perbaikan. Para ilmuwan tidak menganggap hipotesis sebagai sebuah kebenaran mutlak menyeluruh,tetapi hanya dianggap sebagai pendekatan kebenaran yang paling baik dalam keadaan-keadaan tertentu. Sejarahilmu pengetahuan telah menunjukkan bahwa meskipun sejumlah besar ilmuwan telah membuat penemuan-penemuan dengan mengikuti metode ilmiah yang ideal, tetap saja ada kejadian-kejadian yang telah menghasilkan teori penting yang berakibat jauh sebagai akibat kesimpulan yang tidak benar dan postulat yang salah atau akibat penafsiran yang salah dari percobaan-percobaan yang tidak terkontrol dengan baik. 

 ANALOGI

    Pada dasarnya analogi adalah perbandingan. Perbandingan selalu mengenai sekurang-kurangnya dua hal yang berlainan. Dari kedua hal yang berlainan itu dicari kesamaannya (bukan perbedaanya). Dari pengungkapannya, ada analogi sederhana serta mudah dipahami dan ada yang merupakan kias yang lebih sulit dipahami. Dari isinya, analogi dapat dibedakan sebagai analogi dekoratif dan analogi induktif.

  Analogi induktif merupakan analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua.. Di dalam proses analogi induktif kita menarik kesimpulan tentang fakta yang baru berdasarkan persamaan ciri dengan sesuatu yang sudah dikenal. Kebenaran yang berlaku yang satu (lama) berlaku pula dengan yang lain (baru). Yang sangat penting dengan proses analogi induktf ialah bahwa persamaan yang digunakan sebagai dasar kesimpulan merupakan ciri utama (esensial) yang berhubungan erat dengan kesimpulan.

Contoh analogi :

   Secara tidak sengaja Amara mengetahui bahwa pensil Stedler 4B nya menghasilkan gambar vignette yang memuaskan hatinya. Pensil itu sangat lunak dan menghasilkan garis-garis hitam dan tebal. Maka selama bertahun-tahun ia selalu memakai pensil itu untuk membuat vignet. Tetapi, ketika ia belibur di rumah nenek di sebuah kota kecamatan ia kehabisan pensil. Ia mencari di toko-toko di sepanjang satu-satunya jalan raya di kota itu. Dimana-mana tidak ada. Akhirnya dari pada tidak mencoret-coret ia memilih merk lain yang sama lunaknya dengan Stedler 4B. “Ini tentu akan menghasilkan vignet yang bagus juga”, putusnya meghibur diri.

HUBUNGAN KASUAL 

Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.

Bentuk-bentuk hubungan kausal
a. Hubungan asimetris : ada dua hubungan variable,tetapi tidak ada mekanisme pengaruh mempengarui,masing-masing bersifat mandiri:
Contoh :
• Kebetulan : kenaikakan gaji dosen dengan turunnya hujan. sama-sama merupakan akibat dari factor(variable bebas) yang sama: hubungan antara tinggi badan dan berat badan,keduanya merupakan variabel tergantung dari variabel bebas pertumbuan.
• Indikator dari konsep yang sama : ubungan antara dua kekuatan kontraksi otot dengan kontraksi otot
b. hubungan simetris :korelasi antara dua variabel, dengan satu variabel(bebas) bersifat mempengaruhi variabel lain(tinggi kadar lipoprotein berat jenis benda dalam dara mengakibatkan aterosklerosis).
c. hubungan timbal balik: korelasi antara dua variabel saling mempengarui.
Contoh : korelasi antara malnutrisi dan mal absorsi


BERPIKIRAN

A.  PENGERTIAN BERFIKIR
Devinisi berfikir yang paling umum adalah berkembngnya ide dan konsep (Bochenski) dari Suriasumantri ( ed), 1983 ;52 didalam diri seseorang. Penkembangan ide  dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian infarmasi yang tersimpan dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. “ berfikir” menvcakup banyak aktivitas mental. Kita berfikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di tiko. Kita berfikir saat melamunsambil menunggu kuliah psikologi umum dimulai. Kita berfikirsat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di local. Kita berfikir saat menulis artikel, makalah, surat, membaca buku, membaca Koran, merencanakan liburan, atau menghawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.

Berfikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan sesuatu yang menjadi ia tahu atau ssuatu kegiatan yang melibatkan otak kita bekerja. Symbol-simbol yang digunakan dalam berfikir pada umumnya adalah mengguanakan kata-kata, bayangan atau gambaran dan bahasa. Namun, sebaguian besar dalam berfikir orang kebanyakan lebih sering menggunakan bahasa atau verbal kenapa, karena bahasa meruopakan alat penting dalam berfikir.
Seperti yang diaparkan diatas yaitu dalam proses berfikir ada konsep yang harus kita ketahui.
 
.     KONSEP BERFIKIR
Tentu tidak semua berfikir menghasillkan kebangkitan. hanya proses berfikir yang hakiki saja yang menghasilkan kebangkitan itu. Kadang seseorang tidak memperhatikan apakah yang dilakukannya dalam berfikir merupakan hal yang esensi, prinsip, atau praktis. Ketiganya tentu berbeda
1.         Esensi
Pada hakikatnya seseorang berpikir secara esensi (inti) terlebih dahulu. tanpa berpikit hal yang esensi maka tidak akan berujung pada kebenaran apalagi kebangkitan. pemikiran yang esensi dalam kehidupan ini adalah untuk menjawab sebuah pertanyaan dasar, "untuk apa kita berada di dunia ini?", Juga pertanyaan aasasi "Dari mana asal kita dan mau kemana kita setelah mati?", pertanyaan-pertanyaan itulah yang harus dijawab. dari awal pertanyaan tadi akan berkembang pemikiran esensial tersebut bahwa sesungguhnya keberadaan kita di bumi ini adalah untuk mengabdi kepada Tuhan ala semesta ini. keberadaan kita di muka bumi sebagai Khalifatullah. Oleh karena itu, manusia sebelum berkiprah di dunia harus melakukan perenungan, tafakur, dan berpikir mengenai hal yang esensi ini. dalam ajaran islam, hal yang esensi adalah aqidah. keimanan terhadap Tuhan. keyakinan inilah yang menjadi pendorong seseorang dalam berpikir dan bertindak selanjutnya. keimanan juga menjadi dasar bagi setiap muslim dalam beraktivitas.
2.         Prinsip
Setelh berpikir tentang hal yang esensi maka selanjutnya barulah kita melangkah menuju suatu prinsip. sebuah prinsip berbeda dengan esensi. prinsip adalah hal yang membatasi esensi. sesuatu yang esensi adalah sebuah inti. tanpa suatu pembatas maka ia bukan lagi sebuah esensi (inti). pembatas dari inti adalah suatu prinsip, jika esensi itu satu (karena ia adalah inti) makaprinsip bisa beberapa (namun tidaklah banyak). Berpikir tentang hal-hal prinsip juga penting. sebab hal itu menjadi penjabaran dari hal yang esensi. seseorang yang berpikir dalam kerangka Islam, ia akan melihat masalah aqidah adalah hal yang esensi. sedangkan rukun iman dan rukun Islam adalah prinsip yang harus dijalankan. juga ilmu ushul fiqih (ilmu mengenai dasar agama Islam) adalah hal-hal prinsip yang merupakan pokok dari ajaran Islam. kaidah tersebut merupakan rumus dari penjaabaran aqidah maupun ajaran Islam. Seseorang kadang sudah memahami hal yang esensi tapi gagal dalam menerjamahkan suatu prinsip. kadang prinsip yang dijabarkan itu melenceng dari esensinya. sebuah contoh konkret yang sekarang ini berkembang adanya asas pluralitas dalam beragama. seorang yang berpikir sistematik akan menyadari bahwa puncak segitiga adalah satu, yaitu hal yang esensi. oleh karena itu, hal yang esensi tersebut sebagaimana dijelaskan bahwa hal itu adlah inti, adalah satu pula. sebuah kebenaran tentang hal esensi adalah tunggal yaitu keesaan Allah SWT. di atas sudah dijelaskan bahwa hal yang esensial adalah aqidah Islam. aqidah Islam adalah keimanan bahwa Tuhan adalah satu, yaitu tauhiid. namun demikian, ada pula kalangan yang menganut ajaran Islam yang berarti tauhiid, menganut pula prinsip pluralisme yang menyatakan semua agama adalah benar. di atas engakui hanya satu, kemudian dibawah mengakui yang lainnya juga. pluralisme memang baik tapi bukan untuk masalah aqidah atau hal yang esensial, seperti keyakinan terhadap suatu agama. orang yang berprinsip pluralisme dalam beragama gagal membuat prinsip yang menjabarkan esensi dala sistem berpikirnya.
3.         Praktis
Setelah berpikir maslah prinsip,seesorang bisa memikirkan masalah-masalah praktis, berdasarkan hal yang esensi dan prinsip tersebut. hal yang praktis banyak sekali dan merupakan penjabaran dari esensi maupun prinsip. jumlahnya bisa tidak terbatas tapi tidak lepas dari koridor segitiga di atas. dalam ajaran islam, hal-hal praktis merupakan kajian fiqih mengenai perbuatan seseorang. disana akan dibahas perbuatan-perbuatan yang wajib, sunnah, mubah, haram dan juga makruh. tak ketinggalan masalah akhlal atau perbuatan moral yang sesuai dengan kaidah islami. Dengan menjalankan sistematika berpikir ini maka seseorang akan mudah dalam menjalankan kehidupannya. tidak terombang ambing oleh suasana kehidupan. Pemikirannya fokus tidak kesana kesini tanpa arah. juga akan mudah menyelesaikan problematika hidup. yaitu dari hal-hal yang praktis ditarik kepada masalah prinsip dan kemlbali kepada sesuatu yang esensi. seorang muslim yang tahu akan potensi ini sudah seyogianya mengacu kepada sistem berpikir seperti ini. demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat serta generasi pertama dulu sehingga mereka menjadi bangsa yang memimpin dunia.

SILOGISME KATEGORIAL

MEMAHAMI POLA PENALARAN
Penalaran merupakan suatu corak atau cara seseorang mengunakan nalarnya dalam menarik kesimpulan sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan dikemukakannya kepada orang lain.
Pola penalaran secara sederhana dibedakan menjadi dua: 1) deduktif; dan 2) induktif. Pola penalaran deduktif menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi secara etimologis berasal dari kata de dan ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum / universal. Perihal khusus tersebut secara implisit terkandung dalam yang lebih umum. Maka, deduksi merupakan proses berpikir dari pengetahuan universal ke singular atau individual.
Dalam konteks demikian terdapat prinsip, hukum, teori, atau putusan lain yang berlaku umum suatu suatu hal, peristiwa, atau gejala. Perhatikan contoh berikut :
  • Semua warga RT 5 / RW 3 Kampung Getah Basah yang ikut memeriahkan peringatan HUT ke-61 Republik Indonesia dengan mengikuti berbagai acara yang diselenggarakan berarti memiliki sikap nasionalisme yang baik. Pamanku si gendut lagi pula warga kampung itu juga ikut memeriahkan peringatan HUT ke-61 Republik Indonesia dengan mengikuti berbagai acara yang diselenggarakan. Pasti, pamanku itu sikap nasionalismenya baik.
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor. 

Silogisme Hipotesis

Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.

Silogisme Alternatif

Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

Entimem

Entimem merupakan bentuk singkat silogisme dengan jalan mengubah format yang disederhanakan, tanpa menampilkan premis mayor. Bentuk silogisme ini bisa dimunculkan dalam dua cara: 1) C=B karena C=A, dan 2) Karena C=A, berarti C=B. Bentuk penalaran ini bisa dikembangkan dalam format yang lebih detail bagian per bagian yang akan memperbanyak gagasan dan konsep. Hubungan logis memegang peran utama dalam penalaran tipe ini. Pada umumnya entimem dimulai dari kesimpulan, hanya saja ada alternatif mengemukakan sebab untuk sampai kepada kesimpulan.

Contoh:

1. Imey memang siswa yang amat baik masa depannya sebab ia bersekolah di SMA Bina Kerangka.
2. Orang itu pasti jagoan. Bukankah ia berasal dari Hollywood?
3. Temanku sebangku itu amat pintar. Ia memang dilahirkan dalam shio macan.

Bila kita cermati, ketiga contoh tersebut dapat dilacak rangkaian silogismenya. Setelah mengembalikan rangkaian silogismenya, kita lihat validitas-validitas premis, terutama premis mayor sebagai dasar bernalar, serta akurasi premis minornya, untuk menarik kesimpulan

PENALARAN

Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Sedangkan menurut Gorys Keraf dalam bukunya yang berjudul “Argumentasi dan Narasi” Penalaran (proposisi, reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju suatu kesimpulan.
 
Proposisi 
Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar. Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi.
Proposisi berbentuk kalimat berita netral. Kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan, dan kalimat inverse (kalimat yang predikatnya mendahului subjek) tidak disebut proposisi.Contoh:
1    1.Ayam adalah burung.
2    2.Indonesia menjadi Negara makmur.
 
Proposisi dapat dibedakan berdasarkan
a.       Jenis
b.      Criteria
Berdasarkan jenis dibedakan dengan lingkaran yang disebut lingkaran Euler. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek sama dengan perangkat yang terdapat dalam predikat.  Semua S adalah semua P Semua sehat adalah semua tidak sakit.

Jenis proposisi berdasarkan kriteria:
1.      Berdasarkan bentuk : proposisi tunggal dan proposisi majemuk.
2.      Berdasarkan sifatnya : proposisi kategorial dan proposisi kondisional.
3.      Berdasarkan kualitas : proposisi posititif (afirmatif) dan proposisi negative.
4.      Berdasarkan kuantitas : proposisi umum (universal) dan proposisi khusus (partikular).
Macam penalaran:
1.      Penalaran deduktif
2.      Penalaran induktif.
 
Inferensi
Kata inferensi berasal dari kata Latin inferred yang berarti menarik kesimpulan. Atau dengan kata lain, inferensi adalah suatu proses untuk menghasilkan informasi  dari  fakta  yang  diketahui. Inferensi  adalah  konklusi  logis  atau  implikasi berdasarkan informasi yang tersedia. Dalam sistem pakar,  proses inferensi dialakukan dalam suatu modul yang disebut inference  engine. Ketika representasi pengetahaun pada bagian knowledge base  telah lengkap, atau paling tidak telah berada pada level yang cukup  akurat, maka representasi pengetahuan tersebut telah siap digunakan.
 
Implikasi
Kata implikasi berasal dari bahasa Latin, yang berarti melibat atau merangkum. Artinya akibat, seandainya dikaitkan dengan konteks bahasa hukum, misalnya implikasi hukumnya, berarti akibat hukum yang akan terjadi berdasarkan suatu peristiwa hukum yang terjadi.
Bahasa hukum sebenarnya tidak rumit, prinsipnya bahasa hukum masih mengikuti kaidah EYD, bahasa Indonesia baku. Tetapi, untuk konteks tertentu, ada hal-hal yang tidak bisa mempergunakan bahasa Indonesia baku.
 
Wujud Evidensi
Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal dengan pernyataan dan penegasan. Pernyataan tidak berpengaruh apa-apa pada evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara nyata.
 
Cara Menguji Data
Ditujukan supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupaka fakta. Dibawah ini merupak cara untuk pengujian data.
a.       Obervasi
Fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat mengunakan sebaik – baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang – kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau obervasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu.
b.      Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi, tidak harus selalu dilakuan dengan obervasi. Kadang sangat sulit untuk mengaharuskan seorang mengadakan obervasi atas obyek yang akan dibicarakan.
c.       Autoritas
Cara ketiga untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu otoritas, yakin dari pendapat seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian,menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
 
Cara Menguji Fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apakah data” atau informasi itu merupakan kenyataan atau hal yang sunguh – sunguh terjadi.
 
a.      Konsistensi
Dasar pertama yang dipakai untuk mengatakan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalah konsistenan.
 
b.       Koharensi
Dasar kedua yang bisa dipakai untuk mungji fakta yang dapat diperguanakan sebagai evidenis adalah masalah koharensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula khoren dengan pengalam manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku.
 
Cara Menilai Autoritas
Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas – desus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sunguh – sunguh didasarkan atas penelitian atau data – data eksperimental. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memeilih beberapa pokok berikut:
  • .       Tidak Mengandung Prasangka
Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka, pendapat itu disusun oleh beradasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau berdasarkan pada hasil – hasil eksperimental yang dilakukannya.
  • .      Pengalam dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu auoriatas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal.
  • .       Kemashuran dan Presite
Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemasruhan dan prestise pribadi dibidang lain.
  •       Khorensi dengan Kemajuan
Hal yang keempat yang perlu diperhatikan penulis argimentasi adalah apakah pendapat yang diberkan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau khoren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu