Devinisi
berfikir yang paling umum adalah berkembngnya ide dan konsep
(Bochenski) dari Suriasumantri ( ed), 1983 ;52 didalam diri seseorang.
Penkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan
hubungan antara bagian-bagian infarmasi yang tersimpan dalam diri
seseorang yang berupa pengertian-pengertian. “ berfikir” menvcakup
banyak aktivitas mental. Kita berfikir saat memutuskan barang apa yang
akan kita beli di tiko. Kita berfikir saat melamunsambil menunggu kuliah
psikologi umum dimulai. Kita berfikirsat mencoba memecahkan ujian yang
diberikan di local. Kita berfikir saat menulis artikel, makalah, surat,
membaca buku, membaca Koran, merencanakan liburan, atau menghawatirkan
suatu persahabatan yang terganggu.
Berfikir
adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan sesuatu yang
menjadi ia tahu atau ssuatu kegiatan yang melibatkan otak kita bekerja.
Symbol-simbol yang digunakan dalam berfikir pada umumnya adalah
mengguanakan kata-kata, bayangan atau gambaran dan bahasa. Namun,
sebaguian besar dalam berfikir orang kebanyakan lebih sering menggunakan
bahasa atau verbal kenapa, karena bahasa meruopakan alat penting dalam
berfikir.
Seperti yang diaparkan diatas yaitu dalam proses berfikir ada konsep yang harus kita ketahui.
. KONSEP BERFIKIR
Tentu
tidak semua berfikir menghasillkan kebangkitan. hanya proses berfikir
yang hakiki saja yang menghasilkan kebangkitan itu. Kadang seseorang
tidak memperhatikan apakah yang dilakukannya dalam berfikir merupakan
hal yang esensi, prinsip, atau praktis. Ketiganya tentu berbeda
1. Esensi
Pada
hakikatnya seseorang berpikir secara esensi (inti) terlebih dahulu.
tanpa berpikit hal yang esensi maka tidak akan berujung pada kebenaran
apalagi kebangkitan. pemikiran yang esensi dalam kehidupan ini adalah
untuk menjawab sebuah pertanyaan dasar, "untuk apa kita berada di dunia
ini?", Juga pertanyaan aasasi "Dari mana asal kita dan mau kemana kita
setelah mati?", pertanyaan-pertanyaan itulah yang harus dijawab. dari
awal pertanyaan tadi akan berkembang pemikiran esensial tersebut bahwa
sesungguhnya keberadaan kita di bumi ini adalah untuk mengabdi kepada
Tuhan ala semesta ini. keberadaan kita di muka bumi sebagai Khalifatullah. Oleh
karena itu, manusia sebelum berkiprah di dunia harus melakukan
perenungan, tafakur, dan berpikir mengenai hal yang esensi ini. dalam
ajaran islam, hal yang esensi adalah aqidah. keimanan terhadap Tuhan.
keyakinan inilah yang menjadi pendorong seseorang dalam berpikir dan
bertindak selanjutnya. keimanan juga menjadi dasar bagi setiap muslim
dalam beraktivitas.
2. Prinsip
Setelh
berpikir tentang hal yang esensi maka selanjutnya barulah kita
melangkah menuju suatu prinsip. sebuah prinsip berbeda dengan esensi.
prinsip adalah hal yang membatasi esensi. sesuatu yang esensi adalah
sebuah inti. tanpa suatu pembatas maka ia bukan lagi sebuah esensi
(inti). pembatas dari inti adalah suatu prinsip, jika esensi itu satu
(karena ia adalah inti) makaprinsip bisa beberapa (namun tidaklah
banyak). Berpikir
tentang hal-hal prinsip juga penting. sebab hal itu menjadi penjabaran
dari hal yang esensi. seseorang yang berpikir dalam kerangka Islam, ia
akan melihat masalah aqidah adalah hal yang esensi. sedangkan rukun iman
dan rukun Islam adalah prinsip yang harus dijalankan. juga ilmu ushul
fiqih (ilmu mengenai dasar agama Islam) adalah hal-hal prinsip yang
merupakan pokok dari ajaran Islam. kaidah tersebut merupakan rumus dari
penjaabaran aqidah maupun ajaran Islam. Seseorang
kadang sudah memahami hal yang esensi tapi gagal dalam menerjamahkan
suatu prinsip. kadang prinsip yang dijabarkan itu melenceng dari
esensinya. sebuah contoh konkret yang sekarang ini berkembang adanya
asas pluralitas dalam beragama. seorang yang berpikir sistematik akan
menyadari bahwa puncak segitiga adalah satu, yaitu hal yang esensi. oleh
karena itu, hal yang esensi tersebut sebagaimana dijelaskan bahwa hal
itu adlah inti, adalah satu pula. sebuah kebenaran tentang hal esensi
adalah tunggal yaitu keesaan Allah SWT. di
atas sudah dijelaskan bahwa hal yang esensial adalah aqidah Islam.
aqidah Islam adalah keimanan bahwa Tuhan adalah satu, yaitu tauhiid.
namun demikian, ada pula kalangan yang menganut ajaran Islam yang
berarti tauhiid, menganut pula prinsip pluralisme yang menyatakan semua
agama adalah benar. di atas engakui hanya satu, kemudian dibawah
mengakui yang lainnya juga. pluralisme memang baik tapi bukan untuk
masalah aqidah atau hal yang esensial, seperti keyakinan terhadap suatu
agama. orang yang berprinsip pluralisme dalam beragama gagal membuat
prinsip yang menjabarkan esensi dala sistem berpikirnya.
3. Praktis
Setelah
berpikir maslah prinsip,seesorang bisa memikirkan masalah-masalah
praktis, berdasarkan hal yang esensi dan prinsip tersebut. hal yang
praktis banyak sekali dan merupakan penjabaran dari esensi maupun
prinsip. jumlahnya bisa tidak terbatas tapi tidak lepas dari koridor
segitiga di atas. dalam ajaran islam, hal-hal praktis merupakan kajian
fiqih mengenai perbuatan seseorang. disana akan dibahas
perbuatan-perbuatan yang wajib, sunnah, mubah, haram dan juga makruh.
tak ketinggalan masalah akhlal atau perbuatan moral yang sesuai dengan
kaidah islami. Dengan
menjalankan sistematika berpikir ini maka seseorang akan mudah dalam
menjalankan kehidupannya. tidak terombang ambing oleh suasana kehidupan.
Pemikirannya fokus
tidak kesana kesini tanpa arah. juga akan mudah menyelesaikan
problematika hidup. yaitu dari hal-hal yang praktis ditarik kepada
masalah prinsip dan kemlbali kepada sesuatu yang esensi. seorang muslim
yang tahu akan potensi ini sudah seyogianya mengacu kepada sistem
berpikir seperti ini. demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW dan para
sahabat serta generasi pertama dulu sehingga mereka menjadi bangsa yang
memimpin dunia.SILOGISME KATEGORIAL
Penalaran merupakan suatu corak atau cara seseorang mengunakan nalarnya dalam menarik kesimpulan sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan dikemukakannya kepada orang lain.
Pola penalaran secara sederhana dibedakan menjadi dua: 1) deduktif; dan 2) induktif. Pola penalaran deduktif menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi secara etimologis berasal dari kata de dan ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum / universal. Perihal khusus tersebut secara implisit terkandung dalam yang lebih umum. Maka, deduksi merupakan proses berpikir dari pengetahuan universal ke singular atau individual.
Dalam konteks demikian terdapat prinsip, hukum, teori, atau putusan lain yang berlaku umum suatu suatu hal, peristiwa, atau gejala. Perhatikan contoh berikut :
- Semua warga RT 5 / RW 3 Kampung Getah Basah yang ikut memeriahkan peringatan HUT ke-61 Republik Indonesia dengan mengikuti berbagai acara yang diselenggarakan berarti memiliki sikap nasionalisme yang baik. Pamanku si gendut lagi pula warga kampung itu juga ikut memeriahkan peringatan HUT ke-61 Republik Indonesia dengan mengikuti berbagai acara yang diselenggarakan. Pasti, pamanku itu sikap nasionalismenya baik.
Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Entimem
Entimem merupakan bentuk singkat silogisme dengan jalan mengubah format yang disederhanakan, tanpa menampilkan premis mayor. Bentuk silogisme ini bisa dimunculkan dalam dua cara: 1) C=B karena C=A, dan 2) Karena C=A, berarti C=B. Bentuk penalaran ini bisa dikembangkan dalam format yang lebih detail bagian per bagian yang akan memperbanyak gagasan dan konsep. Hubungan logis memegang peran utama dalam penalaran tipe ini. Pada umumnya entimem dimulai dari kesimpulan, hanya saja ada alternatif mengemukakan sebab untuk sampai kepada kesimpulan.Contoh:
1. Imey memang siswa yang amat baik masa depannya sebab ia bersekolah di SMA Bina Kerangka.
2. Orang itu pasti jagoan. Bukankah ia berasal dari Hollywood?
3. Temanku sebangku itu amat pintar. Ia memang dilahirkan dalam shio macan.
Bila kita cermati, ketiga contoh tersebut dapat dilacak rangkaian silogismenya. Setelah mengembalikan rangkaian silogismenya, kita lihat validitas-validitas premis, terutama premis mayor sebagai dasar bernalar, serta akurasi premis minornya, untuk menarik kesimpulan